Seks Usia Dini Picu Kanker Serviks

Kanker serviks atau leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang
prevalensinya paling tinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Data
Globocan dari WHO memperkirakan, di dunia setiap satu menit ada satu
kasus baru kanker serviks dengan kasus kematian setiap dua menit.
Sementara di Indonesia, 41 kasus baru terjadi setiap harinya dengan 20
kematian.

Kendati prevalensinya tinggi, namun menurut spesialis kebidanan
Fitriyadi Kusuma, sebenarnya kanker serviks sangat dapat dicegah yaitu
dengan menghindari faktor risikonya yaitu tidak berhubungan seks di usia
belia, atau di bawah 17 tahun.

“Menghindari seks di usia terlampau muda, tidak berganti-ganti
pasangan, dan tidak merokok adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk
menjauhkan risiko kanker serviks,” ujar dokter dari Divisi Ginekologi
dan Onkologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Kamis (19/12/2013), di Jakarta.

Fitriyadi menjelaskan, berhubungan seks di usia belia menjadi faktor
risiko karena organ-organ reproduksi yang belum berkembang sempurna. Hal
itulah yang menjadikannya rentan mengalami lesi atau luka ketika
berhubungan seksual.

Ketika terjadi lesi, imbuhnya, human papilloma virus (HPV),
penyebab kanker serviks, lebih mudah masuk dan menginfeksi jaringan
kelamin yang akan berkembang menjadi kanker di kemudian hari. Selain
itu, karakter HPV sendiri lebih mudah berkembang di jaringan yang masih
muda.

“HPV lebih menyukai jaringan yang licin dan halus yang umumnya
dimiliki oleh organ reproduksi yang masih muda. Itulah kenapa remaja
yang berhubungan seks lebih rentan terinfeksi HPV,” ujarnya.

Namun, bukan berarti wanita yang tidak melakukan hubungan seks di
usia belia tidak berisiko kanker servis. Fitriyadi menegaskan, semua
wanita berisiko mengalami kanker serviks. Jadi kesadaran untuk
mendeteksi dini pun perlu ditingkatkan.

“Deteksi dini sangat penting. Lagipula metode deteksi dini pun sudah
semakin mudah dan murah, misalnya dengan inspeksi visual dengan asam
asesat (IVA),” cetusnya. Menurut Fitriyadi, metode IVA sudah dapat
efektif mendeteksi kanker serviks hingga 70-80 persen.

Sayangnya, perhatian masyarakat pada kanker serviks masih rendah,
termasuk kesadaran dalam melakukan skrining. Padahal menurut WHO, tahun
2013 ini saja ada sekitar 15.000 total kasus di Indonesia.

Scroll to Top